Jakarta -
Kesehatan memang mahal harganya, apalagi kalau sudah terlanjur kena
penyakit. Obat-obat yang dijual di pasar pun tidak murah, bahkan ada
yang harganya jutaan rupiah, apalagi jika obatnya bukan obat generik.
Padahal obat ini ada yang digunakan untuk bertahun-tahun.
Perusahaan farmasi memang mengalokasikan investasi yang teramat mahal untuk menciptakan sebuah obat. Agar dapat balik modal dan meraup banyak keuntungan, tentu perusahaan akan menjual obat produksinya dengan mahal. Tapi ada juga yang harganya bisa dibilang tak manusiawi.
Majalah kenamaan Forbes telah merangkum daftar obat-obatan termahal di dunia. Seperti ditulis Senin (18/2/2013), obat-obatan tersebut adalah:
Perusahaan farmasi memang mengalokasikan investasi yang teramat mahal untuk menciptakan sebuah obat. Agar dapat balik modal dan meraup banyak keuntungan, tentu perusahaan akan menjual obat produksinya dengan mahal. Tapi ada juga yang harganya bisa dibilang tak manusiawi.
Majalah kenamaan Forbes telah merangkum daftar obat-obatan termahal di dunia. Seperti ditulis Senin (18/2/2013), obat-obatan tersebut adalah:
1. Soliris
Soliris dinobatkan Forbes sebagai obat termahal di dunia sebab
dihargai US$ 409.500 atau sekitar Rp 4 miliar per tahun. Obat ini
digunakan untuk mengobati hemoglobinuria nokturnal paroksismal, penyakit
darah langka yang mempengaruhi 8.000 orang di AS.
Mahalnya harga ini disebabkan karena investasi yang dilakukan produsen, Alexion Pharmaceuticals, senilai US$ 800 juta atau sekitar Rp 7,73 triliun dan masa penelitian selama 15 tahun. Hasilnya, studi menemukan Soliris dapat mengurangi 90 persen komplikasi hemoglobinuria nokturnal paroksismal.
Mahalnya harga ini disebabkan karena investasi yang dilakukan produsen, Alexion Pharmaceuticals, senilai US$ 800 juta atau sekitar Rp 7,73 triliun dan masa penelitian selama 15 tahun. Hasilnya, studi menemukan Soliris dapat mengurangi 90 persen komplikasi hemoglobinuria nokturnal paroksismal.
2. Elaprase
Obat ini digunakan untuk mengobati sindrom Hunter, yaitu penyakit
bawaan yang disebabkan oleh kurangnya enzim sulfatase iduronate. Tapi
obat ini harus ditebus dengan harga mahal, yaitu US$ 375.000 atau
sekitar Rp 3,6 miliar hingga US$ 657.000 atau sekitar Rp 6,35 miliar per
tahun.
Untuk pembelian satu botol saja dihargai US$ 4.215 atau sekitar Rp 41 juta. Di Amerika Serikat, diperkirakan ada sekitar 500 orang yang menderita sindrom Hunter dan menghabiskan uang total senilai US$ 353 juta atau sekitar Rp 3,4 triliun pada tahun 2009 untuk membeli Elaprase.
Untuk pembelian satu botol saja dihargai US$ 4.215 atau sekitar Rp 41 juta. Di Amerika Serikat, diperkirakan ada sekitar 500 orang yang menderita sindrom Hunter dan menghabiskan uang total senilai US$ 353 juta atau sekitar Rp 3,4 triliun pada tahun 2009 untuk membeli Elaprase.
3. Naglazyme
Naglazyme dibanderol dengan harga US$ 365.000 atau sekitar Rp 3,5
miliar. Obat ini merupakan pemurnian dari enzim manusia yang digunakan
untuk mengobati sindrom Maroteaux-Lamy, penyakit genetik langka yang
muncul di masa kanak-kanak lewat retardasi mental dan dapat menyebabkan
kerusakan jaringan serta keterbelakangan mental. Pemberian obat ini
dapat meningkatkan pertumbuhan dan pergerakan sendi, serta mengatasi
rasa nyeri.
4. Cinryze
Obat ini digunakan untuk mengatasi angioedema herediter, yaitu
pembengkakan parah yang sering terjadi di wajah dan saluran udara akibat
rendahnya protein inhibitor C1. Penyakit ini adalah penyakit turunan
dan seringkali tidak terdeteksi.
Karena penyakitnya langka, maka obatnya juga mahal, yaitu US$ 350.000 atau sekitar Rp 3,38 miliar per tahun. Sang produsen, ViroPharma, berhasil membukukan penjualan tahunan obat mulai dari US$ 95 juta atau sekitar Rp 918 miliar hingga US$ 350 juta atau sekitar Rp 3,38 triliun.
Karena penyakitnya langka, maka obatnya juga mahal, yaitu US$ 350.000 atau sekitar Rp 3,38 miliar per tahun. Sang produsen, ViroPharma, berhasil membukukan penjualan tahunan obat mulai dari US$ 95 juta atau sekitar Rp 918 miliar hingga US$ 350 juta atau sekitar Rp 3,38 triliun.
5. Folotyn
Obat ini sering digunakan oleh pasien pengidap kanker T-sel limfoma
yang berkantong tebal. Obat ini bekerja dengan cara membunuh sel-sel
kanker dengan cepat. Biasanya, pasien meminum obat ini selama sekitar
enam minggu, tapi tagihan yang harsu dibayar tahu-tahu melonjak, yaitu
sekitar sekitar US$ 30 ribu atau Rp 290 juta per bulan.
6. ACTH
Obat ini digunakan untuk mengobati kejang infantil, yaitu
kejang-kejang yang sering dialami bayi berusia 4 - 6 bulan. Suntikan
ACTH diberikan setiap hari selama beberapa minggu sampai beberapa bulan.
Biaya yang harus dikeluarkan adalah US$ 115 ribu atau sekitar Rp 1,1 miliar per bulan. Per botol, obat ini dibanderol seharga US$ 23.000 atau sekitar Rp 222 juta.
Biaya yang harus dikeluarkan adalah US$ 115 ribu atau sekitar Rp 1,1 miliar per bulan. Per botol, obat ini dibanderol seharga US$ 23.000 atau sekitar Rp 222 juta.
7. Myozyme
Obat ini dikembangkan oleh perusahaan bernama Genzyme untuk
mengobati penyakit langka yang disebut Pompe, yaitu penyakit yang
menonaktifkan otot-otot jantung dan rangka. Penyakit ini sering
mempengaruhi bayi dan sebagian besar penderitanya meninggal setahun
pertama.
Untuk mendapat obat ini, biaya per tahun yang harus dikeluarkan bisa mencapai US$ 100.000 atau sekitar Rp 966 juta untuk anak-anak dan US$ 300.000 atau Rp 2,9 miliar untuk dewasa. Walau mahal, obat ini terbukti dapat menyelamatkan banyak nyawa pasien Pompe.
Untuk mendapat obat ini, biaya per tahun yang harus dikeluarkan bisa mencapai US$ 100.000 atau sekitar Rp 966 juta untuk anak-anak dan US$ 300.000 atau Rp 2,9 miliar untuk dewasa. Walau mahal, obat ini terbukti dapat menyelamatkan banyak nyawa pasien Pompe.
8. Arcalyst
Arcalyst digunakan untuk mengobati penyakit genetik langka seperti
Familial Cold Auto-inflammatory Syndrome dan Muckle-Wells Syndrome,
gangguan inflamasi yang menyebabkan tubuh menampakkan gejala aneh tanpa
diketahui penyebabnya. Penyakit ini dapat mempengaruhi tulang, sendi dan
organ-organ penting sehingga menyebabkan tuli, kerusakan ginjal dan
kebutaan. Untuk mendapatkan obat ini, pasien harus merogoh kocek sampai
US$ 250.000 atau sekitar Rp 2,4 miliar per tahun.
9. Ceredase / Cerezyme
Penderita penyakit Gaucher, yaitu penyakit yang menyebabkan
benjolan lemak muncul di berbagai tempat di tubuh, termasuk jantung,
otak dan limpa bisa terobati dengan obat ini. Ceredase dibuat dari
plasenta manusia. Harganya tidak murah, yaitu US$ 150.000 atau sekitar
Rp 1,44 miliar per tahun. Versi terbarunya yang dibuat dari rekayasa
genetika sel hamster diharapkan lebih murah, tapi ternyata jatuhnya
lebih mahal, yaitu US$ 200.000 atau sekitar Rp 1,93 miliar per tahun.
10. Fabrazyme
Fabrazyme berfungsi mengganti enzim yang diperlukan penderita
penyakit Fabry, yaitu penyakit akibat kurangnya enzim yang diperlukan
untuk metabolisme lipid atau lemak. Tanpa enzim ini, lemak dapat
terkumpul hingga tingkat berbahaya dalam sistem saraf, jantung, pembuluh
darah, mata dan ginjal. Akibatnya dapat menyebabkan kekeruhan kornea,
peningkatan risiko serangan jantung dan stroke, serta pembesaran jantung
dan gangguan ginjal. Fabrazyme dapat diperoleh dengan biaya US$ 200.000
atau sekitar Rp 1,93 miliar per tahun.
11. Aldurazyme
Aldurazyme digunakan untuk mengobati penyakit genetik bernama
sindrom Hurler, yaitu gangguan metabolisme akibat kekurangan enzim yang
membuat tubuh menghambat metabolisme gula dan protein tertentu. Gula dan
protein yang rusak akan berkumpul dan menyebabkan organ membesar,
gangguan pernapasan dan banyak lagi. Obat ini dihargai US$ 200.000 atau
sekitar Rp 1,93 miliar per tahun. Aldurazyme biasanya diberikan secara
mingguan.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
komentar baik akan selalu di hargai :)